Penutupan Lahan (Land Cover)
Tahapan untuk pembuatan peta penutupan lahan (land cover) dalam studi ini kami klasifikasikan menjadi 2 tahap
yaitu : pra-pengolahan citra (Pre Processing) dan pengolahan citra
lebih lanjut. Berikut ini merupakan
diagram alir yang menjelaskan kerangka metodologis di dalam pembuatan peta
penutupan lahan ini.
Gambar 1. Diagram Alir Proses Pembuatan Peta Penutupan
Lahan
1.
Pra-pengolahan citra
Dalam pemrosesan atau
analisa citra indraja secara digital, pra-pengolahan citra diartikan sebagai
pemprosesan awal sebelum dilakukan pengolahan citra lebih lanjut. Prosedur ini bertujuan untuk memperbaiki data
citra yang mengalami distorsi atau kesalahan kedalam bentuk aslinya. Ada dua pekerjaan yang dilakukan pada tahap
pra pengolahan citra yaitu : koreksi geometrik dan koreksi radiometrik.
- Koreksi Geometrik
Koreksi
geometrik dilakukan terhadap kesalahan geometrik yang terjadi pada saat
perekaman. Koreksi geometrik mempunyai tujuan, yaitu melakukan rektifikasi
(pembetulan) atau restorasi (pemulihan) citra agar koordinat citra sesuai
dengan koordinat geografi, registrasi posisi citra dengan citra lain atau
mentransformasikan system koordinat citra multi spectral atau citra multi
temporal, registrasi citra ke peta atau transformasi sistem koordianat citra ke
peta, yang menghasilkan citra dengan system proyeksi tertentu. Berdasarkan
sumbernya, kesalahan geometrik dapat dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu
kesalahan internal dan kesalahan eksternal.
Gambar 2. Contoh Proses Kerja Koreksi Geometrik Citra Satelit
- Koreksi Radiometrik
Koreksi radiometrik
dilakukan untuk memperbaiki ditorsi atau kesalahan radiometrik seperti
kesalahan pada sistem optik, kesalahan gangguan energi radiasi elektromagnetik
pada atmosfer, dan pengaruh sudut elevasi matahari.
Ada beberapa teknik
Koreksi Radiometrik citra yaitu, histogram equalization, linear contrast
enhancement, filtering atau dengan transformasi tertentu seperti Principal
Component Analysis, Indeks Vegetasi dan lainnya. Koreksi Radiometrik yang
digunakan dalam kegiatan ini adalah histogram equalization atau high
pass filter untuk mendapatkan kenampakan vegetasi dan topografi yang lebih
baik.
Gambar 2. Proses Kerja Koreksi Radiometri Citra Satelit
2. Pengolahan Citra Lebih Lanjut
- Penajaman Kontras Penyusun Citra Komposit Warna
Citra
satelit yang digunakan tidak langsung mempunyai warna yang kontras. Hal
tersebut akan mengakibatkan warna dari citra akan kelihatan gelap. Warna yang
tidak kontras tersebut tentunya akan sangat mengurangi kemampuan interpreter
dalam melakukan identifikasi terhadap obyek yang tergambar pada citra. Untuk
mengatasi hal tersebut dapat diakukan penajaman kontras. Penajaman kontras
tersebut dilakukan dengan merentangkan nilai piksel dari citra sehingga nilai
piksel yang ada tersebar secara merata pada julat nilai spektralnya dan tidak
mengumpul pada nilai piksel rendah.
Untuk
meningkatkan aspek visual citra satelit juga dapat dilakukan dengan membuat
komposit warna. Citra yang berwarna (komposit) tentunya akan lebih mudah untuk
diinterpretasi daripada citra yang hanya hitam putih (grayscale). Selain
itu dengan pembuatan komposit warna maka kemampuan citra dalam membedakan obyek
akan semakin bagus daripada hanya menggunakan satu band (greyscale).
Gambar 3. Citra Komposit Warna Kombinasi RGB 542 Hasil
Penajaman Kontras
- Pembuatan Mosaik Citra dan Color Balancing
Mosaik
dilakukan untuk menampilkan seluruh scene data citra satelit untuk melihat
liputan citra secara keseluruhan. Color balancing dilakukan untuk menyamakan rona dan warna citra
satelit agar terlihat bersambung dan tidak tampak batas perekamannya. Citra Landsat
5 yang sudah mempunyai nilai koordinat
dapat ditampilkan dalam satu layar guna memudahkan proses interpretasi dan
menentukan daerah liputan penelitian.
- Pembuatan Compressed Image
Compressed image
dilakukan untuk mendapatkan citra hasil mosaik dan color balancing
dengan kapasitas data yang kecil tetapi memiliki kualitas yang tetap baik. Cara ini sangat penting
dilakukan untuk proses interpretasi obyek yang diperlukan pada pekerjaan ini. Proses display akan dapat dilakukan lebih cepat
bila volume data dapat dikurangi. Proses ini akan dilakukan menggunakan teknologi
compressi yang khusus untuk menjaga kualitas citra.
Teknik interpretasi
secara visual dilakukan dengan metode hirarki konvergensi bukti. Obyek akan
dikenali berdasarkan unsur-unsur interpretasi yang berupa rona/warna, tekstur,
bentuk, ukuran, pola, bayangan, tinggi, situs dan asosiasi. Konsep konvergensi
bukti dapat diilustrasikan dengan Gambar
4 di bawah ini, dimana suatu obyek dikenali berdasarkan beberapa unsur
interpretasi yang makin mengerucut pada suatu kesimpulan.
Gambar 4. Metode Hirarki Konvergensi Bukti
Interpretasi visual
dilakukan berdasarkan kunci interpretasi, yaitu rona, warna, bentuk, pola,
ukuran, bayangan, asosiasi, dan situs. Pengenalan obyek-obyek penutupan lahan
dilakukan berdasarkan ciri-cirinya, lebih kurang seperti yang diterangkan pada
tabel di bawah ini.
Data penutupan lahan
eksisting dapat diperoleh dengan menggunakan data penginderaan jauh, dalam hal
ini adalah citra satelit Landsat 5.
Elemen dari interpretasi
visual target dapat dikenali dalam pengertian caranya melepaskan radiasi yang dari
energi yang diterimanya. Radiasi ini kemudian diukur dan direkam oleh sensor,
dan pada akhirnya digambarkan sebagai sebuah produk image seperti foto udara
dan citra satelit. Pengenalan target merupakan kunci dari interpretasi dan
pengambilan informasi. Pengamatan perbedaan diantara objek dengan lingkungannya
melibatkan satu atau beberapa dari unsur-unsur visual. Elemen visual yang dapat
dijadikan sebagai kunci interpretasi adalah
tone (kekontrasan warna), shape
(bentuk), size (ukuran), pattern (pola), tekstur, shadow (bayangan), dan
asosiasi situs.
Untuk menyesuaikan
dengan kondisi sebenarnya dilakukan ground check dengan mengacu kepada table
berikut.
Tabel 1. Sistem Klasifikasi Penutupan Lahan
Sumber : Modifikasi Manual Panduan Intepretasi Pentupan Lahan Baplan DepHut,
2001
Batasan-batasan:
Belukar
|
:
|
Liputan vegetasi yang
didominasi pohon dengan tajuk tidak saling menutup, dengan penutupan
tajuk (kanopi) pohon <10%
|
Hutan
|
:
|
Liputan vegetasi yang
didominasi pohon dengan tajuk saling menutup, dan liputan kanopi ≥ 60 %,
batasan ini mengikuti terminology Unesco. Hal ini perlu disebutkan karena
batasan yang mengikuti terminology FAO hanya mensyaratkan liputan tajuk pohon
≥ 10 % sudah dapat disebut hutan
|
Padang rumput
|
:
|
Areal yang didominasi oleh rumput atau tumbuhan
terna lain, bisa terdiri dari ilalang, atau rumput lain
|
Pohon
|
:
|
Tumbuhan berkayu yang umumnya memiliki satu
batang utama dengan baik tajuk lebar/sempit.
|
Savanna
|
:
|
Areal yang didominasi oleh rumput atau tumbuhan
terna lain, memiliki kondisi iklim dan tanah tertentu dan membentuk ekosistem
yang khas, biasanya diselingi oleh semak dan pohon.
|
Semak
|
:
|
Tumbuhan yang didominasi tumbuhan perdu yang
karena faktor edafis tumbuh dengan tinggi kurang dari 3 meter.
|
- Pemetaan Penutupan Lahan (Land Cover)
Data penutupan lahan eksisting
yang diperoleh dengan menggunakan data penginderaan jauh (Citra Satelit Landsat
5) kemudian dilakukan proses digitized on
screen dengan menggunakan software GIS, yaitu ArcGIS versi 9.3, seperti yang terlihat pada gambar berikut.
Gambar 5. Proses Ekstraksi Data Spasial Penutupan Lahan Existing
Mohon masukan dan koreksi jika catatan pendek ini salah. Terima kasih
ReplyDelete